cerpen sang kakak

11.30 Unknown 0 Comments

Sang kakak


            Kududuk dibawah rimbunya pohon sambil mengamati sekelilingku, kendaraan berlalu lalang seakan memberikan isyarat tersendiri betapa sibuknya para pengendaranya.  Sepeda motor, mobil serta angkutan lainnya berlomba - lomba saling mendahului juga memberikan nuansa musik tersendiri bagi tubuh yang telah lelah penuh dengan keringat ini, kulirik diseberang jalan sana kudapati masih ada beberapa pertokoan lagi yang masih belum aku singgahi.
jam tangan peninggalan almarhum ayahku masih saja tersembat seperti biasanya duduk manis melingkar dipergelangan tanganku, jam yang telah menemaniku setia sejak ayah pergi nun jauh kesingasananya meniggalkan kami semua, namun masih saja bisa memberikan manfaatnya hingga siang ini untuk menemani sang waktu yang terus berjalan seiring darah yang terus mengalir ulang dipembuluh nadi ini.
ku coba mengelap peluh akan keringat yang sedari tadi membasahi tubuh ini dengan cara seadanya, ku amati lekat – lekat lagi pertokoan diseberang sana yang belum kusinggahi, satu buah toko sovenir kerajinan khas kota ini serta dua buah toko  ponsel serta tiga toko kain lainnya, ku pegang map amplop yang berisi semua kertas yang sangat bernilai dizaman ini dari perjuanganku sejak aku duduk dibangku SD sampai SMA dengan khitmad di sebelah tanganku yang terbingkai rapi didalam tas lusuhku.
 Ku teringat kembali akan masa – masa atas semua yang aku ingini disini, semua hal yang ku lakukan dikota perantauan ini kucoba membuatnya hadir lagi untuk apa ini aku lakukan, terbersit kenangan akan adik- adikku juga ibuku jauh disana dari hiruk pikuk akan keinginan untuk memberi mereka kebahagian, kebahagian yang harus aku perjuangkan demi memberikan secuil harapan atas kehidupan ini yang kurang bisa seberuntung mereka – mereka yang berlalung lalang dengan semringgah tersunging senyum menghadapi hidup dihadapanku sekarang ini.
Mimpi – mimpi kebahagiaan yang terus saja sering menjahui dari kehidupan seperti kami ini acap kali membawa kami harus bisa sedikit membuat peluh dan keringat bercucuran lebih banyak untuk mengapainya daripada mereka yang bernafaskan udara AC juga bermandikan  peluh uang dari kantong – kantong mereka yang berhasil mereka kuras dengan baiknya dari orang – orang yang memiliki latar belakang kehidupan yang kurang lebih sama seperti kehidupan kami ini.
Pesan ibu sewaktu diriku bersikeras untuk pergi kesini masih pula terngiang – ngiang di kuping ini yang merasuk kedalam jiwa serta berjalan searah dengan pembuluh darah yang terus mengalir berputar berirama dengan setiap langkah yang akan aku lakukan untuk mengejar kesuksesan ini, saat – saat aku akan berbenah diri untuk ini semua, ibu berujar “ gam, ingatlah jika natinya kamu telah tiba ditempat tujuanmu, ingatlah selalu kepadaNya, berjalanlah selalu dengan ajaran yang ia perintahkan kepadaMu, jangan pernah sesekali kamu berpaling dariNya, meski rezekimu telah sampai dipelantara angan – angan belak. Juga jika suatu hari nanti kamu telah sampai dipuncak kesuksesan, jangan pernah pula kau bertengadah terlalu lama keatas, akan tetapi tengadahkanlah kepalamu lebih sering kebawah sehingga kamu akan selalu diliputi rasa kebahagiaan karena engkau tahu betapa materi itu tak selamanya memberikan kebahagiaan, ucapnya, sejenak sesaatku merenungi kalamnya kepadaku, lalu seraya memeluknya untuk memberikan kehangatan kebahagian untuknya demi ia tak terlalu bersedih atas kepergianku nanti.
Setelahnya, ingatan demi ingat lain berkelebet dikepala, lalu ku coba bangkit lagi untuk menuntaskan pencarianku akan kesuksesan ini, kulihat langit masih memberikan keindahan bagi hamba – hambaNya yang ingin merasakan betapa maha besar penciptanya yang telah membentangkan alam ini tanpa tiang. Serta merta aku panjatkan doa kepada yang maha kuasa atas setiap permulaan yang akan kembali aku lakukan demi mencari keridhaanNya atas rezeki yang aku harap akan segera berjumpa.
Bismillahhirrahmannirrahim, duhai pemilik alam ini, jikalah langkahku ini kerap dapat semkin lebih dekat denganMu, berikanlah kepada jalanku ini kemudahan disegala lika likunya, rubahlah setipa batu krikil yang kau jumpai menjadi kehangatan rerumputan disiang hari yang menjadikan kehangatan disetiap pijakannya untuk menuju rezekiMu, jika pula jalan ini dapat menjauhkanku darimu, palingkanlah kau kejalan yang lain, putarkanlah aku untuk dapat menerawng dari sisi lain dalam pencarian keberkahanMu ini.
Dihari ini pula, jika memanag kesuksesanku ini belum lah mendekati setiap perjunganku ini, berikanlah selalu kesehatan bagi orang yang kucintai ini demi bisa melihat kesuksesanku ini, namu jika usia mereka berbatas dengan ini semua, maka percepatkanlah semua kesuksesanku ini, seberat apapun akan hambaMu ini lakukan demi melihat senyum serta air mata kebahagiaan dari wajah mereka. jatuh, kecewa, terpangang karena sengatan panas perjuangaan hidup disini tetap akan aku laksanakan dengan selalu berharap dapat menyenagkan hati adik – adik ku disana serta untuk akau dapat selalu mencari keberkahan kepadaMu atas pengabdiannya sang anak dibawah kaki ibunya.
Kulirik lagi jam tanganKu, waktu sudah hampir menunjukkan pukul 12 siang dan itu menandakan batas perjuanaganku sianag ini dlam mencarinya anamun awal kemabli unutkku menjdi hamabamu yang lebih deakt disisMu. Kulihat lagi toko yang akan kau singahi sebntar lgi yang ada diseberng jalan sana, seprtiny aini merupakan patunjuk unutk ku bisa menemukan rezeki disana. Kulangkahkan kaki denagn berharap kan itu, akan tetapi kudpati sebuh cahaya putih mengh,piri dari sisi kananaku memegang tanganku serta membawaku kesisi lainnya, kurasakan udara lebih dingin dari pada biasanya, keharuman bunga yang belum pernah aku cium, terhirup wangi dihidungku membuat aku betah berlama – lama dengan keadaan ini, namun, disisi lain ku dapati banya orang yang berkerumunan di pinggir jalan tepat disisi yang terdapat pohon  yang aku singgahi tadinya untuk berteduh dibawahnya, serta disampingnya kulihat banyak tumpukan – tumpukan kertas yang bertebaran juga sebuah kendaraan sepeda motor yang rusak para disisi lainnya. Sehingga sayup – sayup pula aku masih bisa mendengar dari sudut ini lantunan keindahan kalamNya dari mulut – mulut mereka yang dibawah sana serta merta membawaku melayang terbawa terus dan terus menuju ketempatNya disana.


Banda Aceh, Kamis, 6 Mei 2015....




You Might Also Like

0 komentar: