cerpen sang kakak
Sang kakak
Kududuk dibawah
rimbunya pohon sambil mengamati sekelilingku, kendaraan berlalu lalang seakan
memberikan isyarat tersendiri betapa sibuknya para pengendaranya. Sepeda motor, mobil serta angkutan lainnya
berlomba - lomba saling mendahului juga memberikan nuansa musik tersendiri bagi
tubuh yang telah lelah penuh dengan keringat ini, kulirik diseberang jalan sana
kudapati masih ada beberapa pertokoan lagi yang masih belum aku singgahi.
jam tangan peninggalan
almarhum ayahku masih saja tersembat seperti biasanya duduk manis melingkar
dipergelangan tanganku, jam yang telah menemaniku setia sejak ayah pergi nun
jauh kesingasananya meniggalkan kami semua, namun masih saja bisa memberikan
manfaatnya hingga siang ini untuk menemani sang waktu yang terus berjalan
seiring darah yang terus mengalir ulang dipembuluh nadi ini.
ku coba
mengelap peluh akan keringat yang sedari tadi membasahi tubuh ini dengan cara
seadanya, ku amati lekat – lekat lagi pertokoan diseberang sana yang belum
kusinggahi, satu buah toko sovenir kerajinan khas kota ini serta dua buah toko ponsel serta tiga toko kain lainnya, ku pegang
map amplop yang berisi semua kertas yang sangat bernilai dizaman ini dari
perjuanganku sejak aku duduk dibangku SD sampai SMA dengan khitmad di sebelah
tanganku yang terbingkai rapi didalam tas lusuhku.
Ku teringat kembali akan masa – masa atas
semua yang aku ingini disini, semua hal yang ku lakukan dikota perantauan ini
kucoba membuatnya hadir lagi untuk apa ini aku lakukan, terbersit kenangan akan
adik- adikku juga ibuku jauh disana dari hiruk pikuk akan keinginan untuk
memberi mereka kebahagian, kebahagian yang harus aku perjuangkan demi
memberikan secuil harapan atas kehidupan ini yang kurang bisa seberuntung mereka
– mereka yang berlalung lalang dengan semringgah tersunging senyum menghadapi
hidup dihadapanku sekarang ini.
Mimpi – mimpi
kebahagiaan yang terus saja sering menjahui dari kehidupan seperti kami ini
acap kali membawa kami harus bisa sedikit membuat peluh dan keringat bercucuran
lebih banyak untuk mengapainya daripada mereka yang bernafaskan udara AC juga
bermandikan peluh uang dari kantong –
kantong mereka yang berhasil mereka kuras dengan baiknya dari orang – orang
yang memiliki latar belakang kehidupan yang kurang lebih sama seperti kehidupan
kami ini.
Pesan ibu
sewaktu diriku bersikeras untuk pergi kesini masih pula terngiang – ngiang di
kuping ini yang merasuk kedalam jiwa serta berjalan searah dengan pembuluh
darah yang terus mengalir berputar berirama dengan setiap langkah yang akan aku
lakukan untuk mengejar kesuksesan ini, saat – saat aku akan berbenah diri untuk
ini semua, ibu berujar “ gam, ingatlah jika natinya kamu telah tiba ditempat
tujuanmu, ingatlah selalu kepadaNya, berjalanlah selalu dengan ajaran yang ia
perintahkan kepadaMu, jangan pernah sesekali kamu berpaling dariNya, meski
rezekimu telah sampai dipelantara angan – angan belak. Juga jika suatu hari nanti
kamu telah sampai dipuncak kesuksesan, jangan pernah pula kau bertengadah terlalu
lama keatas, akan tetapi tengadahkanlah kepalamu lebih sering kebawah sehingga kamu
akan selalu diliputi rasa kebahagiaan karena engkau tahu betapa materi itu tak
selamanya memberikan kebahagiaan, ucapnya, sejenak sesaatku merenungi kalamnya
kepadaku, lalu seraya memeluknya untuk memberikan kehangatan kebahagian untuknya
demi ia tak terlalu bersedih atas kepergianku nanti.
Setelahnya,
ingatan demi ingat lain berkelebet dikepala, lalu ku coba bangkit lagi untuk
menuntaskan pencarianku akan kesuksesan ini, kulihat langit masih memberikan
keindahan bagi hamba – hambaNya yang ingin merasakan betapa maha besar
penciptanya yang telah membentangkan alam ini tanpa tiang. Serta merta aku
panjatkan doa kepada yang maha kuasa atas setiap permulaan yang akan kembali aku
lakukan demi mencari keridhaanNya atas rezeki yang aku harap akan segera
berjumpa.
Bismillahhirrahmannirrahim,
duhai pemilik alam ini, jikalah langkahku ini kerap dapat semkin lebih dekat
denganMu, berikanlah kepada jalanku ini kemudahan disegala lika likunya,
rubahlah setipa batu krikil yang kau jumpai menjadi kehangatan rerumputan
disiang hari yang menjadikan kehangatan disetiap pijakannya untuk menuju
rezekiMu, jika pula jalan ini dapat menjauhkanku darimu, palingkanlah kau
kejalan yang lain, putarkanlah aku untuk dapat menerawng dari sisi lain dalam
pencarian keberkahanMu ini.
Dihari ini
pula, jika memanag kesuksesanku ini belum lah mendekati setiap perjunganku ini,
berikanlah selalu kesehatan bagi orang yang kucintai ini demi bisa melihat
kesuksesanku ini, namu jika usia mereka berbatas dengan ini semua, maka
percepatkanlah semua kesuksesanku ini, seberat apapun akan hambaMu ini lakukan
demi melihat senyum serta air mata kebahagiaan dari wajah mereka. jatuh,
kecewa, terpangang karena sengatan panas perjuangaan hidup disini tetap akan
aku laksanakan dengan selalu berharap dapat menyenagkan hati adik – adik ku
disana serta untuk akau dapat selalu mencari keberkahan kepadaMu atas
pengabdiannya sang anak dibawah kaki ibunya.
Kulirik lagi
jam tanganKu, waktu sudah hampir menunjukkan pukul 12 siang dan itu menandakan
batas perjuanaganku sianag ini dlam mencarinya anamun awal kemabli unutkku
menjdi hamabamu yang lebih deakt disisMu. Kulihat lagi toko yang akan kau
singahi sebntar lgi yang ada diseberng jalan sana, seprtiny aini merupakan
patunjuk unutk ku bisa menemukan rezeki disana. Kulangkahkan kaki denagn
berharap kan itu, akan tetapi kudpati sebuh cahaya putih mengh,piri dari sisi
kananaku memegang tanganku serta membawaku kesisi lainnya, kurasakan udara lebih
dingin dari pada biasanya, keharuman bunga yang belum pernah aku cium, terhirup
wangi dihidungku membuat aku betah berlama – lama dengan keadaan ini, namun,
disisi lain ku dapati banya orang yang berkerumunan di pinggir jalan tepat
disisi yang terdapat pohon yang aku
singgahi tadinya untuk berteduh dibawahnya, serta disampingnya kulihat banyak
tumpukan – tumpukan kertas yang bertebaran juga sebuah kendaraan sepeda motor
yang rusak para disisi lainnya. Sehingga sayup – sayup pula aku masih bisa
mendengar dari sudut ini lantunan keindahan kalamNya dari mulut – mulut mereka
yang dibawah sana serta merta membawaku melayang terbawa terus dan terus menuju
ketempatNya disana.
Banda Aceh, Kamis, 6 Mei 2015....
0 komentar: