cerpen bersyukur diatas cobaan

09.33 Unknown 0 Comments

Bersyukur diatas cobaan


            Angin panas menerpa wajahku, kucoba untuk kembali menengadahkan tangan seraya memohon rezeki dariNya hari ini, ku lewati setiap jengkal jalan raya dipinggiran kampus ternama disini, kubawa serta pula dengan seiring langkahku ini akan daganganku serta juga anakku yang tersayang, tuhan pantaskanlah perbuatanku ini kepada jalan cahayaMu agar engkau dapat memantaskan pula akan setiap doa yang selama ini aku hanturkan kepadaMu, berbisik hatiku manakala langkah ini aku jejaki seiring dengan jiwa bertasbih kepada sang empunya kehidupan ini .
            Kulirik kembali kiri kanan dengan perasaan ini, akankah hari ini Tuhan memberikan kembali rahmatNya kepada kehidupanku, ataukah rezekiku harus kembali tertunda seperti hari – hari sebelumnya, kembali hati ini berperasangkakan kepadaNya,  sesampainya dipojokan tempat biasa aku juga anakku menjualkan dagangan ini, kami pun langsung kembali mengelar segala kebutuhan akan dagangan kami ini seraya berucap basmallah atas semua permualaan yang baik ini.
            Sebelumnya ku dengar kembali celotehan akan anakku seraya aku duduk disampingnya,” ayah, mungkinkah mereka para pemburu muka kembali menghampiri kita hari ini, hingga kita harus kembali merasakan terusir dari pekerjaan yang mulia seperti rasulullah ini”, terucap kalam darinya, “tenang saja anakku, meski mereka datang, kita tak perlu risau akan kehidupan kita selanjutnya, toh kan masih ada sang penolong, jadi pastinya Ia akan kembali menolong hamba – hambaNya dengan keagungannya sehingga kita terjaga dari setiap tangan si pemburu wajah itu”. Kucoba menjawabnya.
            Detik menit waktu pun berlalu, tak terasa matahari telah sampai keubun - ubun lagi, kurasakan perut ini mulai bergerilya meminta jatahnya siang ini lagi, namun nyatanya hari ini belum satu pun dari daganganku laku, Tuhan berikanlah yang terbaik dari perlakuanku hari ini pada alamMu, yang dengannya bukan saja aku bertambah dekat dengan karuniaMu namun pula dapat merasakan kebahagiaan dunia ini walau itu sesaat, lirihku seraya memandang dengan perasaan atas anak tersayangku yang sedang tidur terlelap dipelukanku, yang kutahu pastinya ia juga sedang merasakan kelaparan yang teramat sangat seperti diriku.
            Angin semilir siang menerpa wajahku pula, mobil serta kendaraan lainnya semakin berlalu lalang dihadapanku, namun belum ada juga yang menghampiri untuk membeli dagangan ini, anak – anak mahasiswa didepan sana pun semakin ramai bermuculan dari setiap sudut bangunan yang megah lagi terhormat itu, namun nyatanya masih belum pula ada yang mau berkenan membeli dagangan ini, sungguh perjalanan mencari sesuap rezeki dinegeri ini sangatlah berat. Mungkinkah negeri ini telah kehilangan mereka – mereka yang mempunyai hati yang bersinar, yang dengan sinar itu dapat mengoyahkan seluruh lingkungannya untuk berbuat amalan yang sesuai dengan perintah sang pemberi semua rezeki dalam hidup ini. Entahlah, yang aku tahu akau harus terus berusaha dalam mencari kemuliaanNya.
            Tiba – tiba kembali diriku mendengar suara sirine yang sama beebrapa hari yang lalu, suara yang sudah sangat sering aku dengar dalam kurun waktu setahun ini, suara yang dengan kedatangnnya ini berarti sudah pasti beberapa saat kemudian akan ada lelehan keringat serta air mata yang bercucuran dari sudut mata orang - orang disekitar sini yangs edang berprofesi sama dengan diriku, dan lalu kami para pedagang disini kembali harus kembali terjauhkan dari mencari rezeki dari dagangan ini.
            Sesaat kemudian suara itu sudah tepat didepanku, sejurus kemudian suara derap langkah kaki sangat ramai berbenturan dengan telapak tanah bersahut – sahutan memberikan gambaran tentang apa yang akan terjadi sebentar lagi, suara benturan disana – sini terdengar, teriakan demi teriakan saling melengkapi suasana yang mencekam ini dan pastinya air mata keharuan juga akan tiba, ku terkejut saat tiba – tiba sebuah suara berteriak mendekatiku sambil berkata, ” pergi kalian dari sini, pergi sebelum kami mengobrak  - abrik semua dagangan kalian ini lagi, apa kalian tidak juga mendengarkan atas larangan selama ini disini, sungguh kalian orang miskin”, terucap kata darinya, sejurus kemudian kumerasa ada yang ambruk terjatuh didepanku, dan ku tahu itu pastilah daganganku, dan ini berarti kembali diriku harus melerakan dagangan ini berserakan berceceran tanpa bisa aku mengutipnya lagi, namun tak lama saat aku berdiri bangun dari dudukku sebuah hantaman keras membentur kepala ini, seketika aku merasa ada cairan hangat membasahi kepala ini, seketika anakku menangis sesegukan, kumerasa ia juga telah mengetahui bagaimana keadaan ini sekarang.
            Sejurus kemudian, kucoba berdiri lagi dengan sebelumnya anakku yang aku cintai ini mengelap darah yang bercucuran dikepalaku, “dan ini sungguh cobaan yang sangat menyenangkan oh Tuhanku dihari ini, dengan cucuran darah ini, aku berharap engkau dapat mendekatkan ku lebih dekat lagi denganMu, berikanlah aku dapat selalau melihat dengan mata keimanan disetiap perjalanan hidup ini meski mata duniawi ini telah engkau tutup sebelumnya, namun dengan mata imanMu itu, aku berharap dapat terus melihat kebaikan juga kesyukuran disetiap sudut kehidupan ku ini, juga darah yang menetes hari ini, jadikanlah ia sebagai air mulia yang dapat menghilangkan dahagaku ditempat kesaksianMu nantinya.
            Ku kemasi barang daganganku, kubawa serat merta  yang masih layak aku gunakan untuk diriku, dan anakku didepan kembali pula mengengam tangan ini seraya mengarahkan kembali akan jalan yang akan aku lalui dengannya lagi, kutahu dan kurasakan cobaan akan diriku ini, namun dengan cobaan itu aku berharap bukan bertambah kecut akan kesyukuran nikmat yang Ia berikan, tapi dengan cobaan atas ini semua juga mata ini, aku berharap atas maha kuasa, pantaskanlah aku untuk selalu berada pada sisi yang mulia di hadapanMu, bukan hanya kemuliaan hidup diakhirat sana namun juga kemuliaan dalam proses mencari rezeki yang halal ini, dengan kehormatan atas pekerjaan mencari nikmta rezki ini, dan sesungguhnya tangan yang diatas lebih baik daripada tangan dibawah, karena sesungguhnya pula engkau lebih memuliakan hamba yang memberi dari pada yang diberi, atas itu, ku niatkan pula perjalanan prosesnya hari ini sebagai pemberianku atas mereka pemburu wajah ini, pemberian akan kata maafku yang terucap dalam hati kepada mereka, semoga perbuatan mereka hari ini dapat menjadikan mereka lebih tersadar yang mana seruan yang baik aatu yang buruk itu.  

inspirasi bapak zainuddin tunanetra, penjualan buah – buahan yang telah kembali pulang kehadapan Allah SWT, Allhahumma firlahum warhammu, wa’afihi wa’fuannhum..

           

             

You Might Also Like

0 komentar: