cerpen bersyukur diatas cobaan
Bersyukur diatas cobaan
Angin panas
menerpa wajahku, kucoba untuk kembali menengadahkan tangan seraya memohon
rezeki dariNya hari ini, ku lewati setiap jengkal jalan raya dipinggiran kampus
ternama disini, kubawa serta pula dengan seiring langkahku ini akan daganganku
serta juga anakku yang tersayang, tuhan pantaskanlah perbuatanku ini kepada
jalan cahayaMu agar engkau dapat memantaskan pula akan setiap doa yang selama
ini aku hanturkan kepadaMu, berbisik hatiku manakala langkah ini aku jejaki
seiring dengan jiwa bertasbih kepada sang empunya kehidupan ini .
Kulirik
kembali kiri kanan dengan perasaan ini, akankah hari ini Tuhan memberikan
kembali rahmatNya kepada kehidupanku, ataukah rezekiku harus kembali tertunda
seperti hari – hari sebelumnya, kembali hati ini berperasangkakan kepadaNya, sesampainya dipojokan tempat biasa aku juga
anakku menjualkan dagangan ini, kami pun langsung kembali mengelar segala kebutuhan
akan dagangan kami ini seraya berucap basmallah atas semua permualaan yang baik
ini.
Sebelumnya
ku dengar kembali celotehan akan anakku seraya aku duduk disampingnya,” ayah,
mungkinkah mereka para pemburu muka kembali menghampiri kita hari ini, hingga
kita harus kembali merasakan terusir dari pekerjaan yang mulia seperti rasulullah
ini”, terucap kalam darinya, “tenang saja anakku, meski mereka datang, kita tak
perlu risau akan kehidupan kita selanjutnya, toh kan masih ada sang penolong,
jadi pastinya Ia akan kembali menolong hamba – hambaNya dengan keagungannya
sehingga kita terjaga dari setiap tangan si pemburu wajah itu”. Kucoba
menjawabnya.
Detik menit
waktu pun berlalu, tak terasa matahari telah sampai keubun - ubun lagi,
kurasakan perut ini mulai bergerilya meminta jatahnya siang ini lagi, namun
nyatanya hari ini belum satu pun dari daganganku laku, Tuhan berikanlah yang
terbaik dari perlakuanku hari ini pada alamMu, yang dengannya bukan saja aku
bertambah dekat dengan karuniaMu namun pula dapat merasakan kebahagiaan dunia
ini walau itu sesaat, lirihku seraya memandang dengan perasaan atas anak
tersayangku yang sedang tidur terlelap dipelukanku, yang kutahu pastinya ia
juga sedang merasakan kelaparan yang teramat sangat seperti diriku.
Angin
semilir siang menerpa wajahku pula, mobil serta kendaraan lainnya semakin
berlalu lalang dihadapanku, namun belum ada juga yang menghampiri untuk membeli
dagangan ini, anak – anak mahasiswa didepan sana pun semakin ramai bermuculan
dari setiap sudut bangunan yang megah lagi terhormat itu, namun nyatanya masih
belum pula ada yang mau berkenan membeli dagangan ini, sungguh perjalanan
mencari sesuap rezeki dinegeri ini sangatlah berat. Mungkinkah negeri ini telah
kehilangan mereka – mereka yang mempunyai hati yang bersinar, yang dengan sinar
itu dapat mengoyahkan seluruh lingkungannya untuk berbuat amalan yang sesuai
dengan perintah sang pemberi semua rezeki dalam hidup ini. Entahlah, yang aku
tahu akau harus terus berusaha dalam mencari kemuliaanNya.
Tiba – tiba
kembali diriku mendengar suara sirine yang sama beebrapa hari yang lalu, suara
yang sudah sangat sering aku dengar dalam kurun waktu setahun ini, suara yang
dengan kedatangnnya ini berarti sudah pasti beberapa saat kemudian akan ada
lelehan keringat serta air mata yang bercucuran dari sudut mata orang - orang
disekitar sini yangs edang berprofesi sama dengan diriku, dan lalu kami para
pedagang disini kembali harus kembali terjauhkan dari mencari rezeki dari
dagangan ini.
Sesaat
kemudian suara itu sudah tepat didepanku, sejurus kemudian suara derap langkah
kaki sangat ramai berbenturan dengan telapak tanah bersahut – sahutan
memberikan gambaran tentang apa yang akan terjadi sebentar lagi, suara benturan
disana – sini terdengar, teriakan demi teriakan saling melengkapi suasana yang
mencekam ini dan pastinya air mata keharuan juga akan tiba, ku terkejut saat
tiba – tiba sebuah suara berteriak mendekatiku sambil berkata, ” pergi kalian
dari sini, pergi sebelum kami mengobrak
- abrik semua dagangan kalian ini lagi, apa kalian tidak juga mendengarkan
atas larangan selama ini disini, sungguh kalian orang miskin”, terucap kata darinya,
sejurus kemudian kumerasa ada yang ambruk terjatuh didepanku, dan ku tahu itu
pastilah daganganku, dan ini berarti kembali diriku harus melerakan dagangan
ini berserakan berceceran tanpa bisa aku mengutipnya lagi, namun tak lama saat
aku berdiri bangun dari dudukku sebuah hantaman keras membentur kepala ini,
seketika aku merasa ada cairan hangat membasahi kepala ini, seketika anakku
menangis sesegukan, kumerasa ia juga telah mengetahui bagaimana keadaan ini
sekarang.
Sejurus
kemudian, kucoba berdiri lagi dengan sebelumnya anakku yang aku cintai ini
mengelap darah yang bercucuran dikepalaku, “dan ini sungguh cobaan yang sangat
menyenangkan oh Tuhanku dihari ini, dengan cucuran darah ini, aku berharap
engkau dapat mendekatkan ku lebih dekat lagi denganMu, berikanlah aku dapat
selalau melihat dengan mata keimanan disetiap perjalanan hidup ini meski mata
duniawi ini telah engkau tutup sebelumnya, namun dengan mata imanMu itu, aku
berharap dapat terus melihat kebaikan juga kesyukuran disetiap sudut kehidupan
ku ini, juga darah yang menetes hari ini, jadikanlah ia sebagai air mulia yang
dapat menghilangkan dahagaku ditempat kesaksianMu nantinya.
Ku kemasi
barang daganganku, kubawa serat merta
yang masih layak aku gunakan untuk diriku, dan anakku didepan kembali
pula mengengam tangan ini seraya mengarahkan kembali akan jalan yang akan aku
lalui dengannya lagi, kutahu dan kurasakan cobaan akan diriku ini, namun dengan
cobaan itu aku berharap bukan bertambah kecut akan kesyukuran nikmat yang Ia
berikan, tapi dengan cobaan atas ini semua juga mata ini, aku berharap atas
maha kuasa, pantaskanlah aku untuk selalu berada pada sisi yang mulia di hadapanMu,
bukan hanya kemuliaan hidup diakhirat sana namun juga kemuliaan dalam proses
mencari rezeki yang halal ini, dengan kehormatan atas pekerjaan mencari nikmta rezki
ini, dan sesungguhnya tangan yang diatas lebih baik daripada tangan dibawah,
karena sesungguhnya pula engkau lebih memuliakan hamba yang memberi dari pada
yang diberi, atas itu, ku niatkan pula perjalanan prosesnya hari ini sebagai
pemberianku atas mereka pemburu wajah ini, pemberian akan kata maafku yang
terucap dalam hati kepada mereka, semoga perbuatan mereka hari ini dapat
menjadikan mereka lebih tersadar yang mana seruan yang baik aatu yang buruk
itu.
inspirasi bapak zainuddin tunanetra, penjualan buah – buahan yang telah
kembali pulang kehadapan Allah SWT, Allhahumma
firlahum warhammu, wa’afihi wa’fuannhum..
0 komentar: