musafir

15.02 Unknown 0 Comments

Namaku Musafir


Salam, Perkenalkan namaku musafir, seorang pengelana yang mencari jati diri atas perjalanan hidupnya selama ini. Seorang anak manusia di ujung pulau sumatara yang terlahirkan disebuah tanah para syuhada. Sesosok tubuh yang terus berjalan terseok-seok dimalam-malam yang kelam lagi sunyi demi berharap keridhaanNya dari semua peluh rasa yang telah diberikan akan takdir hidupnya.

Perjalanan yang telah aku lalui ini kadang kala menuai betapa bahagianya menjadi seorang hamba yang terlahirkan berwujud sang khalifah dimuka bumi ini didalam panji-panjiNya guna meniti kehidupan yang mulia ini, namun tak jarang pula tapak kaki ini harus berhenti sesaat untuk sekejap menghancurkan penghalang-penghalang yang menghalanginya menuju ketempat lain disana ke negeri para penantang atas ujian yang kerab terjadi.

Didalam lika liku perjalanan kenegeri itu sering kudapati para musafir lainnya. Kujumpai disana mereka banyak mengunakan atribut-atribut yang agak berbeda dari musafir kebanyakan dalam perjalanannya. Kulihat mereka banyak sekali mengutamakan kertas bernomor untuk kebahagiaan yang padahal hanya berisi kekosongan hati jika terlalu banyak mengunakannya didalam perjalanan ini.


Belum lagi cara mereka mempertaruhkan waktu yang sekejap ini yang telah sang penakdir berikan, tak jarang mereka pula mengisinya dengan kelakuaan bak seekor anjing yang terus mengongong dengan lantangnya namun tak satupun yang mendengarkannya karena kelakuannya yang terus-terus saja membuang kotorannya dipinggir jalan tanpa memperdulikan disekitarnya kesakitan.

Aku tidak mengerti apa yang para musafir lain ini harapkan dari perjalanan yang sungguh sangat singkat ini. Padahal waktu yang telah diberikan olehNya  tidak banyak untuk sampai kenegeri para penantang hanya tersisa satu tarikan nafas lagi setelah satu tarikan nafas ini , tapi ada juga yang terus membuang-buang waktu itu dengan tetap mengutamakan atribut keduniawian yang entah apa yang diharapkan dari itu.

Dan aku musafir sang penitip pesan dari satu tempat ketempat lainnya untuk membawa khabar iman bahwa perjalanan ini akan segera berakhir sebentar lagi dengan seiring hilangnya kepercayaan dari sang penakdir atas khabar dariNya yang tak kunjung didengarkan oleh musafir lainnya karena kekerdilan mereka menarik dari setiap nafas yang telah Ia berikan.


Aceh Besar, lueng Ie 05:05 tetesan embun pagi..........

You Might Also Like

0 komentar: