Pesan Untuk Cinta

07.41 Unknown 0 Comments


Ketika engkau bersedia memanjangkan sabarmu, saat itu engkau tengah mencintai seseorang.

Malam terus berganti meninggalkan sang mentari pagi yang lenyap ditelan gelapnya dunia. Kuberhitung atas setiap pertemuan yang telah kita jalani, tapi sayang, semuanya hanya tinggal cerita di atas kertas putih itu. Tanpa pernah bisa kuterima balasannya.

Di sebelah laut sana dirimu kini berada. Ditemani dengan bintang-bintang yang bersinar disebalik gedung-gedung mengah. Tersenyum merapalkan setiap hasratmu. Tempat dimana yang kata mereka dapat merubah garis takdir tanganmu.

Sungguh adalah cinta yang selalu mengubah jalannya waktu. Karena padanya waktuku kini terbagi dua. Namun kutahu disetiap tatapan sang waktu, kita selalu bisa bersekutu dengan kesepian bersama. Dan dibaliknya pula kita mempunyai musuh hati yang sama juga bernama kerinduan.

Yaa..... segala tipu daya yang telah kita rasakan dahulu telah menghantarkan diri kita masing-masing kepada gerbang takdir hari ini. Dipisahkan sejauh jauhnya. Berharap dengan itu kita dapat berdamai dengan cinta ini. Tapi sayang, selamanya pula rasa ini terus tumbuh subur bagai rerumputan dimusim hujan.

Menurut tetua dari kampung kita. Mereka beranggapan kini aku telah bisa melupakanmu. Menggubur dalam-dalam setiap bibit cinta tanpa perlu di siram. Tak tahu kah mereka yang sebenarnya, bahwa saat ini aku tak perlu yang namanya pertemuan. karena bagiku sejauh jauh dirimu melangkah pergi dijaukan dari diriku, Engkau akan selalu dekat di sini, di sini, di sini.... di inti jantungku.

Sebab yang aku yakini cintaku bukan hanya sebatas pertemuan denganmu untuk menyucikannya, tapi juga lewat doa doa panjangku pada sang pemilik cinta.

Jika ada seseorang yang terlanjur menyentuh inti jantungmu. Mereka yang datang setelahnya hanya menyentuh kemungkinan kemungkinan saja...


Dan tentangmu, diriku akan selalu menyimpannya seperti kisah yang dimulai di suatu pagi, dimana orang-orang hidup dan jatuh cinta dengan berani. Dan ketika sang malam telah kembali menjelang, disaat detak terakhir ujung nafasku nanti ada sebuah nama yang akan selalu juga ku ucap lirih hingga menghantarkanku kedetik yang perlahan hilang bersama suara dalam telinga........

Banda Aceh, gerimis, hujan serta kenangan.... 19.30......


You Might Also Like

0 komentar: