Pesan Untuk Cinta
Ketika
engkau bersedia memanjangkan sabarmu, saat itu engkau tengah mencintai
seseorang.
Malam terus berganti
meninggalkan sang mentari pagi yang lenyap ditelan gelapnya dunia. Kuberhitung atas
setiap pertemuan yang telah kita jalani, tapi sayang, semuanya hanya tinggal
cerita di atas kertas putih itu. Tanpa pernah bisa kuterima balasannya.
Di sebelah laut sana
dirimu kini berada. Ditemani dengan bintang-bintang yang bersinar disebalik
gedung-gedung mengah. Tersenyum merapalkan setiap hasratmu. Tempat dimana yang kata
mereka dapat merubah garis takdir tanganmu.
Sungguh adalah cinta
yang selalu mengubah jalannya waktu. Karena padanya waktuku kini terbagi dua. Namun
kutahu disetiap tatapan sang waktu, kita selalu bisa bersekutu dengan kesepian
bersama. Dan dibaliknya pula kita mempunyai musuh hati yang sama juga bernama
kerinduan.
Yaa..... segala tipu
daya yang telah kita rasakan dahulu telah menghantarkan diri kita masing-masing
kepada gerbang takdir hari ini. Dipisahkan sejauh jauhnya. Berharap dengan itu
kita dapat berdamai dengan cinta ini. Tapi sayang, selamanya pula rasa ini terus
tumbuh subur bagai rerumputan dimusim hujan.
Menurut tetua dari
kampung kita. Mereka beranggapan kini aku telah bisa melupakanmu. Menggubur dalam-dalam
setiap bibit cinta tanpa perlu di siram. Tak tahu kah mereka yang sebenarnya,
bahwa saat ini aku tak perlu yang namanya pertemuan. karena bagiku sejauh jauh
dirimu melangkah pergi dijaukan dari diriku, Engkau akan selalu dekat di sini,
di sini, di sini.... di inti jantungku.
Sebab yang aku yakini
cintaku bukan hanya sebatas pertemuan denganmu untuk menyucikannya, tapi juga
lewat doa doa panjangku pada sang pemilik cinta.
Jika
ada seseorang yang terlanjur menyentuh inti jantungmu. Mereka yang datang
setelahnya hanya menyentuh kemungkinan kemungkinan saja...
Dan tentangmu, diriku
akan selalu menyimpannya seperti kisah yang dimulai di suatu pagi, dimana orang-orang
hidup dan jatuh cinta dengan berani. Dan ketika sang malam telah kembali
menjelang, disaat detak terakhir ujung nafasku nanti ada sebuah nama yang akan
selalu juga ku ucap lirih hingga menghantarkanku kedetik yang perlahan hilang
bersama suara dalam telinga........
Banda
Aceh, gerimis, hujan serta kenangan.... 19.30......
0 komentar: