Waktu....
Kau tahu
tentang apa yang selama ini ku fikirkan atas pertemuan kita, saat pertama kali
aku melihatmu dalam balutan pakaian kebesaran
biru langit itu. Senyummu ketika itu mampu merubah kehidupanku sekejap saja,
Suara kebisingan yang sebelumnnya memenuhi ruangan ini sesaat kemudian telah berubah
menjadi sunyi dan yang tersisa hanyalah nyanyian suara hatiku kepada bidadari itu (kamu).
Sadarkah kau setelahnya, kebodohan apa yang
aku lakukan. Aku mencoba mencuri-curi perhatianmu dalam keramaian itu. Ku coba
membual ini itu untuk sekejap melihatmu menaruh rasa ketertarikan kepada siAneh di depanmu itu (aku). Dan itu
sungguh sebuah perasaan yang tak bisa kulukisan begitu saja berhari-hari setelah
itu, karena seminggu kemudian kamu jelas-jelas telah merubah seluruh duniaku ,
bukan saja tentang suara di sekitarku yang berubah menjadi nyanyian cinta,
namun rumput ilalang yang semakin meninggi di pekarangan taman sana telah menjadi bunga-bunga indah.
Dan hari
ini, saat untuk kesekian kalinya jam tangan pemberian hadiah ulang tahun darimu
rusak, entah kenapa, aku seakan kembali lagi kemasa-masa itu. Ketika saat-saat
awal pertemuan kita, Kisah Pasangan yang menjadi buah bibir di kalagan anak
kampus hingga dosen. Makan malam pertama kita, kunjugan pertama kali ke tempat itu, juga saat-saat perpisahan
yang tak sepantasnya terjadi, semuanya berputar seolah ingin mengabarkan sesuatu
tentang hubungan kita kini.
Kulirik lagi
jam tangan itu, kucoba mengambilnya dan mengetuk ngetuk, berharap ada mantra yang dapat memberinya kehidupan
lagi, tapi tetap saja nihil, lalu tiba-tiba hpku berdering sebuah pesan ”Adi kamu dimana, si Dinda meninggal, anak
anak angkatan kita pada menuju kerumahnya”, tak pelak membuat
diriku terduduk terseungkur menerima pesan tentangmu dan ketika itu semua pertanyaan
tentang jam pemberian darimu seakan terlihat jelas sudah, mengapa ia selama ini
rusak walau sudah diperbaiki beberapa kali pun.
Dan ketika
itu pula di luar hujan sedang deras-derasnya membasahi seluruh daerah yang kini
kutempati, seakan alam pun mengetahui bagaimana suasana hatiku kini. Sekejap saja
aku pun telah membelah butiran hujan itu, pergi meninggalkan tempat tadi ku
tersungkur menuju rumahmu.
Kau tahu,
di dalam perjalanan, kembali kenangan tentangmu berputar, canda tawamu, kebodohanku
kepadamu, kebaikanmu kepada semua orang, serta kata-katamu sebelum kita berpisah
walau sering kita perdebatkan, semuanya berkisah kini membuat bulir air di mata
ku.
Kau pernah
mengatakan bahwa “jika waktu itu sungguhlah sebuah misteri kehidupan, kita seakan
terjebak di dalamnya tak bisa berbuat apa-apa, semuanya telah diaturnya maka
sedikit saja kita menghianatinya atasnya kehidupan kita pun akan ia hancurkan
pula”, lalu tentang bagaiman saat-saat perpisahan kita, kau pun mengatakan waktu
yang telah mengaturnya, sehingga jarak cinta yang kita rasakan saat itu harus
terkalahkan olehnya pula. Dan terakhir engkau sebelum pergi berlalu mengatakan
dengan tangisanmu, jika waktu saat ini tak berbaik hati menyatukan hati kita,
maka biarkanlah ia menyatukan kita di waktunya yang abadi di sana.
Dan ketika kusadari akan
perkataanmu yang terakhir itu, kulihat
engkau telah berada di sampingku kini , terduduk,tersenyum sangat indah mengenggam erat tanganku, menemani waktuku yang terakhir ini, sedetik kemudian yang kuketahui
hanyalah sekelebat cahaya yang menyilaukan di depan sana menghampiriku dengan
cepat, secepat waktu yang telah kita lalui.......
0 komentar: