Sebuah pertemuan

10.30 Unknown 0 Comments

Sebuah pertemuan


            Angin malam ini kembali bertiup dari celah-celah papan reyot didinding Bilek menemani tidur malamku, diluar suara jangkir sahut bersahutan membelah kensunyian. Anak Burung-burung malam sesekali juga saling berkicau berebut tempat tidur diperaduan mereka, lalu hilang lagi diditiup angin, bintang-bintang dilangit tak terlihat tertutu pawan mendung, bulna pun saban waktu mengikuti bintang menyembunyikan dirinya dari sang malam.
            Ku tahu akan menyadari mulai saat ini aku akan sendiri, sendiri memperjuangkan hidup ini. Tak ada lagi dia yang menemaniku selama 10 tahun di kota perantauan ini. Ku teringat berbagai kenangan yang telah aku jalani bersamanya beberapa waktu lalu, seakan kini sang waktu berputar sangat cepat mengakhiri perjalanan persahabatan kami.
            Sebuah kisah telah Tuhan takdirkan pada kami berdua tatkala pertemuan itu bermula. Saat matahari tengah terik-teriknya membakar seisi kota ini, kuberjalan terseok-seok tanpa arah mencari peristirahat guna merebahkan tubuh yang telah semakin layu bak bunga tanpa siraman air. Ku berjalan sendiri menyisiri setiap gang-gang kota berharapa ada keramah tamahan dari penduduk berhati malaikat.
            Tak kusangka engaku hadir ketika itu, manakalas tubuh dan fikiran ini tak lagi bisa menyatu menahan sakit dan lelahnya. Engkau mengulurkan tangan kemuliaanmu, engkau papah diriku, engkau bawa diriku kesurgamu itu. Berhari-hari engkau merawat luka dan hati ini yang telah dikecewakan oleh hidup. Namun dengan kelembutanmu engkau bersabar terus membimbingku kembali kejalan hidup yang lebih baik.
 
Secebis cahaya menerangi laluan 
Ada kalanya langkahku tersasar 
Tersungkur di lembah kegelapan 
Bagaikan terdengar bisikan rindu 
Mengalun kalimah menyapa keinsafan 
Kehadiranmu menyentuh kalbu 
Menyalakan obor pengharapan 

Namun dimalam ini, diantara kicauan binatang-binatang malam yang berpelu mesra merindui  kekasihnya, ku iri merasakan itu semua, berbagi kebahagiaan, melepas penatnya hidup berdua hingga mengahapi seluruh persoalan alam ini yang tak tau kapan akan berakhir, tatkala ku tersadar engkau telah pergi, pergi jauh kesana keseberang lautan yang tak pernah bertepi, diri ini semakin ringkih, ringkih menahan kesuraman dunianya seakan kesepiankulah yang menjadi duniaku kini sejak diri ini kehilangan cahaya kehidupannya.
            Manakala sebuah pertemuan itu tiba maka saat itu pula sebuah perpisahan akan menjadi akhir dari ceritanya. Dan inilah yang tak pernah bisa kuterima, ketika perpisahan itu harus menjadi tangisan tak terperi serta deraian air mata yang tak berkesudahan hingga membalikkan seluruh hidupku yang telah kutata dulu dengannya....
 
Kau bisikkan bicara keinsafan 
Kau beri kekuatan, tika aku 
Diuji dengan dugaan 
Saat ku kehilangan keyakinan 
Kau nyalakan harapan 
Saat ku meragukan keampunan Tuhan 
Kau katakan rahmat-Nya mengatasi segala 

Menitis airmataku keharuan 
Kepada sebuah pertemuan 
Kehadiranmu mendamaikan 
Hati yang dahulu keresahan 

Cinta yang semakin kesamaran 
Kau gilap cahaya kebahagiaan 
Tulus keikhlasan menjadi ikatan 
Dengan restu kasih-Mu, oh Tuhan 

Titisan air mata menyubur cinta 
Dan rindu pun berbunga 
Mekar tidak pernah layu 
Damainya hati 
Yang dulu resah keliru 
Cintaku takkan pudar diuji dugaan 
Mengharum dalam harapan 
Moga kan kesampaian kepada Tuhan 
Lantaran diri hamba kerdil dan hina 

Syukur sungguh di hati ini 
Dikurniakan dirimu 
Menunjuk jalan dekati-Nya 
Tika diri dalam kebuntuan 

Betapa aku menghargai 
Kejujuran yang kau beri 
Mengajarku mengenal erti 
Cinta hakiki yang abadi 

Tiada yang menjadi impian 
Selain rahmat kasih-Mu Tuhan 
Yang terbias pada ketulusan 
Sekeping hati seorang insan
Bernama........



            Namun apalah dayaku yang seonggok daging ini, terlalu berlama bersedih rupanya belum juga memberi kebaikan di diri ini, yang ada malah diriku semkin lapuk dimakan waktu seperti papan bilek ini... olehnya maafkanlah diriku ini duhai...., dan biarkanlah aku pergi menjauh dari ini semua dan berharap ada kebaikan untukmu di ujung tepian sana kelak saat engkau telah melihatNya dikehidupan selanjutnya........


Teruntuk, kamu, kalian, mereka, yang telah memberi cahaya kehidupan saat kerapuhan melanda ditiap kisah perjalanan ini.....

You Might Also Like

0 komentar: